Senin, 29 November 2010

Ruwet

Pagi itu, agak buru-buru aku memacu sepeda motor tua ku, sepertinya akan terlambat. Hari ini tak seperti biasanya, aku masuk pagi, masuk pagi adalah hal yang tidak pernah menyenangkan untukku. Masuk pagi artinya aku harus bangun lebih awal, itulah masalahnya. Maklumlah, kelompok bangsawan -bangsane tangi awan :-D - Masuk pagi artinya lagi adalah harus terkena macet. Emosi bisa meluap, mesin motor panas pertanda berontak saking sudah tuanya :(

Dan benar juga, begitu keluar ke jalan besar, aku langsung masuk dalam keruwetan jalan menuju Surabaya. Saling berhimpitan dengan pengendara motor yang lain, juga mobil-mobil pribadi dan angkot. Dan dapat dipastikan, trat-tret klakson tak henti-hentinya memekakkan telinga. Heran, kebiasaan aneh ini kenapa berkembang pesat di sini. Seolah menemukan lahan yang subur dengan takaran pupuk yang pas. Bagiku aneh saja, klakson diobral sedemikian rupa. Sudah jelas jalanan memang macet, malah klakson-klakson ndak jelas, bikin tambah puyeng saja.

Tentang klakson aneh ini aku punya pengalaman yang tak enak bagiku, akibat emosi tak terbendung juga aku kira :). Waktu itu sore hari, aku pulang dari kerja. Karena akan menyebrang aku memelankan motorku untuk melihat kanan dan kiri terlebih dahulu, maklum tempat penyebrangan itu kebetulan tidak ada traffic lightnya. Tret...tiba-tiba dari belakang bunyi klakson mobil sedikit mengejutkanku. Namun, aku tak menyebrang juga karena kulihat ada beberapa kendaraan yang masih melintas. Kuabaikan klakson yang sebetulnya bikin panas itu. Belum lagi hati reda, dan jalanan belum juga sepi, mobil dibelakangku membunyikan klaksonnya lagi. Kali ini aku gerah, kuacungkan saja jari tengahku sambil ku lirik pengemudinya. Gelap, pake film 100% rupanya kaca mobilnya. Saat agak sepi, aku menyebrang. Tanpa aku sangka-sangka mobil ganjen tadi memepetku. Aku paham maksudnya, aku ladeni maunya. Benar saja, ia memakiku, dan kubalas. Aku isyaratkan ia untuk menepi, siap perang pokoknya, namun ia tak meminggirkan mobil. Kali ini tak aku ladeni ia, gila saja, dan buat jalan tambah macet dunk.

Tidak hanya dipusingkan dengan klakson, kepatuhan nyala lampu sign juga pernah membuatku hampir saja celaka. Rupanya, pengendara motor disini banyak yang lupa kalo lampu signnya masih menyala sepanjang jalan. Entah apa yang mereka pikir. Namun pengalamanku bukan karena itu, tetapi karena orangnya keliru menyalakan lampu sign-nya. Waktu itu karena motor depanku menyalakan lampu sign ke kiri, aku yang bermaksud mendahuluinya mengambil sebelah kanannya. Tak kusangka, motor itu membelok ke kanan..lho....!! Secepatnya aku rem motorku, untung lalu lintas tidak sedang padat, dan untungnya lagi aku tidak sedang ngebut.

Begitulah, ruwet. Tidak pernah tidak, beberapa kali aku hampir celaka karena keteledoran pengendara lain atau juga terkadang aku yang tidak waspada. Intinya Aku membenci pagi, juga membenci petang, jika waktu-waktu itu harus aku habiskan dijalanan. Karena saat-saat itulah, lalu lintas sedang padat-padatnya. Aku heran denga kebiasaan mengklakson sana sini disaat yang tidak seharusnya, aku gerah dengan ketidaktertiban penggunaan lampu sign mereka, aku benci dengan pengendara yang ugal-ugalan, main serobot, potong jalan seenaknya. Ah, masih banyak hal yang harus dipelajari untuk bersopan santun dalam perjalanan rupanya, mungkin juga untukku. :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan Dalam Pasungan

Percikan air tujuh sumur yang bercampur d engan bunga tujuh rupa diguyurkan ke seluruh tubuhku. Dingin yang tiba-tiba menyengat kesadaranku...