Minggu, 03 Januari 2016

Dusta Industri Pangan-Penelusuran Jejak Monsanto






Saat melihat cover buku dan membaca judul buku, menurut saya ini sebuah buku dengan tema yang lumayan tidak ringan. Awalnya saya dikenalkan buku ini oleh salah satu dosen saya dalam salah satu mata kuliah, namun waktu itu saya tidak berkesempatan menjadi pembahas tema ini. Karena penasaran dan saya menyukai isi nya, saya nitip seorang teman yang kebetulan ada kunjungan ke Jogjakarta. Dan benar, buku ini sangat menarik. Bahasa yang digunakan lumayan lugas, untuk tipe buku terjemahan, sangat mudah dipahami.

Membaca buku ini, saya kembali tersadar, bahwa semua hal disekitar saya memang sedang tidak baik-baik saja. Seperti yang diungkap penerbit dalam salah satu bait prakatanya, ternyata hidup ini tidak seperti kereta api yang semestinya harus selalu berjalan diatas rel. Buku ini didekikasikan bagi kau petani yang terampas kedaulatannya serta semua pihak yang tidak henti-henti berjuang untuk menyuarakan bahaya dibalik janji manis keamanan pangan.Seperti juga disampaikan Mansour Fakih dalam pengantarnya, JIka intervensi dan dominasi TNC begitu perkasa, maka seperti diuaraikan dalam buku ini para petani kita akan menghadapi malapetaka sistemik terusir dari sawah mereka. akhirnya, karena kolonialisme pangan dalam bentuk globalisasi pangan telah datang, sekali lagi, sudah saatnya kita perjuangkan sistem pangan lokal

Dalam buku ini diuaraikan bagaimana Monsanto telah menciptakan benih yang telah dimodifikasi genetika sedemikian rupa /Genetically Modifiet Organism (GMO) sehingga hanya dapat digunakan sekali pakai. Hasil pemodifikasian yang disebut Terminator tersebut membuat petani nelangsa, karena setiap kali menanam harus membeli benih lagi. Pemandulan yang jelas akan mengurangi kekayaan plasma nutfah di dunia ini, sebenarnya diciptakan untuk mendukung pestisida-pestisida buatan mereka. Terminator sangat resisten terhadap pestisida.

Kekejaman lain yang dilakukan Monsanto adalah pemberlakuan hak paten bagi varietas-varietas yang tidak sepantasnya dipatenkan, karena varietas-varietas tersebut telah dibudidayakan oleh petani selama berabad-abad. Hak paten jelas membunuh hak petani, mereka dilarang membudidayakan benih yang telah berlabel tanpa ijin. Bila ternyata petani didapati menggunakannya walau tanpa sengaja, maka mereka akan mendapat sanksi dari Monsanto.

Tidak itu saja, Monsanto juga bertanggung jawab dengan Agent Orange, sebuah senjata kimia pertama yang diciptakan saat perang Vietnam. Selama 10 tahun, pesawat Amerika telah menebarkan 41.635.000 liter Agent Orange di hamparan seluas hampir dua juta hektar hutan dan sawah. Penghancuran yang diakibatkan benar-benar luar biasa, ekologi dan pertanian terancam, 43% wilayah pertanian menjadi teracuni, pencemaran air dan tanah, serta pada manusia menyebabkan kanker dan cacat bawaan lahir pada janin. 

Selama ini banyak cara yang dilakukan oleh Monsanto, mulai dari promosi-promosi dengan pemberian benih kepada petani secara cuma-cuma, pemasangan spanduk hingga mencari dukungan dari pemerintah. Dan saat ini negara-negara bagian Selatanlah yang menjadi sasaran invasinya, karena negara-negara Selatan memiliki kurang lebih 90% kekayaan plasma nutfah. Namun demikian, petani negara Selatan yang menyadari hal tersebut telah melakukan perlawanan, antara lain perlawanan petani Fhilipina, Eropa hingga pembakaran ladang para petani India.

Mereka terus melawan dan menyerukan bahwa masalah kelaparan adalah karena adanya ketidak adilan dalam akses terhadap tanah, pasar, kredit, teknologi, infrastruktur dan kekuatan politik. Keanekargaman hayatilah yang membuat pertanian berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan penduduk berabad-abad, alam ibarat lemari penyimpan di planet ini. Petani adalah ilmuwan yang pandai menyeleksi varietas dengan lebih mengenal lingkungan dari pada yang duduk di laboratorium.

Semua dusta-dusta yang dilakukan oleh kaum kapitalis berkedok agribis berbasis ekologis itu terkuak secara tuntas di buku “Dusta Industri Pangan : Penelusuran Jejak Monsanto”. Begitu membaca buku ini, emosi serasa membuncah. Monsanto dapat menghilangkan selera makan karena menyajikan di piring kita sebuah menu bersaus “Teknologi Tinggi” yang sangat berbahaya. Semua yang kita makan, mulai dari benih sudah mengandung racun. Susu sapi segar yang kita minum, dengan harapan lebih segar dan sehat juga mengadun hormon berbahaya dan dapat memicu kanker.

Kelebihan dari buku ini adalah adanya data dan fakta yang berasal dari berbagai sumber, dari surat kabar, dari hasil simposium, dan sebagainya. Selain itu dituliskan pula kutipan pembicaraan para petani dan dari pihak Monsanto. Sebagai pendukung penulis menampilkan lampiran-lampiran tentang iklan yang disampaikan Monsanto, kutipan surat kabar hingga lampiran alamat internet penting.

Penulis juga sepertinya ingin memberikan sebuah solusi, dengan menampilkan data tentang keberhasilan pertanian organik di daerah Pulau Mindanao yang dulunya juga telah bergantung pada benih Monsanto. Namun dengan upaya keras petani bersama LSM serta ilmuwan mampu melawan Monsanto dan membuktikan bahwa pertanian organik dapat lebih memberi keuntungan baik segi ekonomi maupun ekologi. Bagaimana petani harus menghimpun kekuatan untuk menentang para kaum kapitalis beserta produk bioteknologi yang berbahaya.

Buku ini begitu berani menguak kecurangan Monsanto, karena sarat dengan informasi yang selama ini mungkin belum terkuak. Penulis juga sepertinya ingin mengajak pembaca agar lebih menyikapi masalah bioteknologi dan kaum kapitalis. Namun demikian banyak istilah-istilah ilmiah yang mungkin sulit untuk dipahami oleh pembaca umum. Buku ini seharusnya dibaca oleh khalayak umum, bukan untuk mahasiswa apalagi mahasiswa pertanian seperti tema yang tersaji, karena manfaat dari buku ini jauh lebih besar jika masayarakat memahami kandungan apa yang mereka makan tiap harinya, racunkah atau gizi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan Dalam Pasungan

Percikan air tujuh sumur yang bercampur d engan bunga tujuh rupa diguyurkan ke seluruh tubuhku. Dingin yang tiba-tiba menyengat kesadaranku...