Selasa, 22 November 2016

Ikan - Ayo makan Ikan



Siang ini, saya mengikuti tim EGRA (Early Grade Reading Assesment). Kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi siswa jenjang SD/MI khususnya kelas-3. Assesment dilakukan dengan membagi beberapa kelompok, dimana masing-masing anak akan diberi beberapa bacaan oleh asesor untuk melihat kelancaran anak membaca, memahami makna bacaan, dan penguasaan kosakata baik kosakata umum maupun kosakata yang jarang dipergunakan. Tim ini kebetulan sedang melakukan pengukuran dibeberapa sekolah tempat distrik saya bekerja. Saya berada pada ruang pasca assesment dimana dalam ruangan tersebut anak-anak yang telah selesai tes membaca (istilah saya untuk mempermudah penyebutan EGRA) diberi beberapa bacaan selain juga beberapa kegiatan menarik lain seperti mewarnai maupun menemukan jejak yang dapat dipergunakan sambil menunggu teman-teman mereka selesai dilakukan pengukuran. Begitulah awalnya. Saya menyimak seorang anak yang bernama Larisa membaca. Dia sedang membaca sebuah buku cerita yang berisi kumpulan cerita. Pada setiap akhir sebuah judul cerita, saya mengajaknya menceritakan kembali apa yang dia baca. Mulai nama tokoh sampai pada beberapa hal menarik dalam cerita tersebut, hingga samapailah pada sebuah cerita yang berjudul Ikan Tilapia. Dalam hati saya sibuk membongkar memori saya tentang jenis ikan satu ini, hingga saya kurang mencerna bagaimana jalan cerita yang dibaca Larisa. Namun seberapapun saya menjelajah sekat-sekat memori otak saya, saya tetap tidak menemukan bahasa lain untuk ikan jenis ini, hingga Larisa menyelesaikan bacaannya. 

               Seperti pada cerita sebelumnya, saya menanyakan jalan cerita dan nama tokoh cerita tersebut, hingga muncul satu pertanyaan dari Larisa. Pertanyaan yang saya takutkan dari awal ..
"Bu, Ikan Tilaipia itu apa? apakah ikan Tilapia ini bisa dimakan?" tanyanya polos.
Dan saya tidak punya jawaban. Kemudian saya katakan padanya... 
"Oh iya Larisa ingin tahu ya apakah ikan yang dijauhi teman-temannya karena sisiknya berwarna silver ini bisa dimakan atau tidak?" tanyaku menutupi resah
"iya bu..." jawabnya
"Oke sayang, mari kita lihat dalam cerita yang kamu baca tadi, apakah diceritakan ikan ini bisa dimakan atau tidak" kataku sambil mengajaknya kembali melihat cerita yang dia baca. 
Namun seperti yang tadi kudengar, tidak ada kalimat yang menerangkan ikan ini sebenarnya ikan apa. Kemudian saya mengajak Larisa mencari sumber lain untuk menjawab keingintahuannya.
"Karena di buku ini tidak ada tulisan apakah ikan ini bsa dimakan atau tidak, mari kita coba bertanya pada mbah google ya sayang, Larisa pernah membuka internet dan mencari sesuatu melalui google?" tanyaku ..
"Belum Bu.." jawabnya
Kemudian saya mengambil smartphone saya. Saya memberitahunya tentang internet maupun google serta mengajarinya membuka dan menjelajah google kemudian mengetikkan kata kunci untuk hal yang ingin dia ketahui. Serta memesankan kepadanya jika melakukannya di rumah harus dengan pengawasan Bapak atau Ibu nya.

Dan saya menemukan hal yang kemudian membuat saya resah. Pada beberapa artikel dijelaskan bahwa ikan Tilapia adalah iakn Nila dan teman sebangsanya Mujahir. Namun bukan jenis ikannya yang membuat saya resah namun munculnya beberapa artikel yang menyebutkan tentang bahayanya mengkonsumsi ikan jenis ini. http://www.solusitipskesehatan.com/2016/06/pesan-dari-dokter-stooppppp-mulai-hari.html. http://eberita.org/jangan-makan-ikan-talapia-jenis-ini/. Dalam artikel tersebut salah satunya disebutkan bahayanya adalah bersifat karsiogenik dan tidak disarankan untuk menu diet dan sebagainya. Saya gusar dan mencoba tidak mempercayai artikel ini. Dan dalam hati kecil saya berdoa semoga artikel tersebut hanyalah artikel salah tulis atau artikel-artikel yang kurang didukung ke-ilmiahannya. Kemudian saya mulai mencari beberapa artikel serupa yang dari beberapa artikel yang saya temukan tidak saya temukan varian bahasan dan sumber-sumber yang terpercaya. Jika dalam artikel tersebut disebutkan tentang penelitian, namun tidak dijelaskan juga dilakukanoleh siapa, dimana dengan methode apa dan sebagainya. Kemudian tanya saya berlanjut pada pencarian manfaat dan kandungan gizi Ikan Nila. http://www.tipscaramanfaat.com/kandungan-gizi-dan-manfaat-ikan-nila-mujaer-bagi-kesehatan-1401.html. Dalam artikel tersebut dijelaskan beberapa manfaat dan kandungan Ikan Nila yang semuanya bertentangan dengan artikel-artikel yang kubaca terdahulu.

Sampai kemudian tulisan ini saya buat, saya masih belum tahu kebenaran dua artikel yang berbeda tersebut. Namun saya memilih mempercayai artikel yang terakhir. Bukan karena pertimbangan-pertimbangan ilmiah, namun karena saya penyuka ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut, Semenjak saya diet dagimg merah, saya melahap semua jenis ikan. Walaupun saya sedikit terguncang dengan artikel yang saya baca, namun sepertinya saya masih akan meneruskan diet daging merah dan meneruskan mencintai makanan ikan-ikanan. Saya kemudian mengingat kembali buku Dusta Industi pangan, menelusur jejak Monsanto dan buku Tipuan Pangan (belum selesai saya baca). Jaring-jaring librium dalam labirin otak saya memutar merayap mencoba menata helai dalam kait mengkait jaringnya adakah kaitan dianataranya. Saya akan mencari tahu tentu saja. Dan segera saya ingin menyelesaikan bacaan saya dan menuliskannya kembali nanti disini kelak saat saya telah menemukan jawabannya atau minimal setelah saya selesai membaca buku yang bahkan sekarang judulnyapun saya tidak mengingatnya secara penuh.

Larisa, terima kasih untuk menjelajahkan fikir saya pada jemu olah pikir dan menyibukkan saya pada cemas Ikan Nila. Saya tetap meneriakkan, Jangan takut makan Ikan. Kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan Dalam Pasungan

Percikan air tujuh sumur yang bercampur d engan bunga tujuh rupa diguyurkan ke seluruh tubuhku. Dingin yang tiba-tiba menyengat kesadaranku...