Kamis, 25 November 2010

Bapak..



Gurat itu makin kentara. Kau tampak lelah. Kerutan diwajahmu seolah bertutur beban yang sellama ini kau jalani. Aku ingat, saat kau begitu cemas dengan aktivitasku, kala masih kuliah, yang sering berbenturan dengan pembuat kebijakan itu. Saat itu, kau baru tahu aktivitasku selain di kampus. Berurusan dengan polisi karena demonstrasi dengan buruh. Dan lalu ia pun bertutur bagaimana setelah kejadian 65 militer dan penguasa mengobrak-abrik kampus-kampus. Ia, yang kebetulan juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan, ikut menjadi korban. 'Dipaksa' keluar dan harus berlari sembunyi belum lagi teror psikologis dan rasa takut yyang sangat menjadi hari-hari yang mesti dijalaninya pasca tragedi 65. Akupun menjadi maklum dengan rasa cemas dan sikap protektifnya kala itu.

Keuletanmu mengantarkan kau menjadi pengajar untuk pelajaran bahasa inggris di sebuah sekolah negeri tingkat pertama. Dan dengan keteguhanmu pula kaupun menjadi pemimpin di desa tempat kami tinggal, hingga dua masa jabatan malah, dengan sistem pemilihan langsung.Untuk pengabdianmu yang satu ini, salutku tak terhingga seperti halnya aku mengagumi sosokmu. Kau selalu siap sedia kapanpun masyarakat membutuhkan, hanya sakitlah yang mengahalangimu untuk mengabdi. Tak perduli hari libur, atau saat tengah malam, jika ada yang mengetuk pintu dan membutuhkan tenaganya iapun dengan segera menyediakan waktunya.

Lima bulan lalu, ibuku terdeteksi terkena virus hepatitis C. Kami sekeluarga sempat shock. Kaulah yang menyakinkan kami bahwa ibu dan kami sekeluarga pasti dapat melalui ini semua. Dan begitulah, ibupun akhirnya menjalani pengobatan di Surabaya setiap seminggu sekali. Di awal pengobatan, aku ingat pesan pendekmu,"...akulah yang seharusnya ada disisinya, menguatkannya, dan mendampingi saat ia melawan kesakitannya". Aku tak bisa membalas pesan pendekmu, dadaku sesak, airmata tak bisa kutahan lagi. Aku selalu terharu dengan cinta besarmu untuk kami, teramat untuk ibu.

Kini, ada tujuh batu berada di empedumu, asmamu juga semakin saja sering kambuh. Kau tampak tua dengan tubuh yang semakin kurus. Namun, kau kembali meyakinkan kami kalau kau baik-baik saja. Hanya berdekatan dengan ibu keinginan yang tak pernah pudar. Dengan segala semangat dan rasa kasihmu, kuatlah Bapak...kalahkan batu-batu itu dengan tekad hati yang selalu sekuat baja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan Dalam Pasungan

Percikan air tujuh sumur yang bercampur d engan bunga tujuh rupa diguyurkan ke seluruh tubuhku. Dingin yang tiba-tiba menyengat kesadaranku...