Rumah itu terlihat singlu. Cat rumahnya memudar, bangunan rumahnya berdiri kokoh dengan ukuran yang cukup besar. Halamannya banyak ditumbuhi rumput liar. Di teras rumah terlihat beberapa tumpukan kayu bakar yang tak rapi. Pintu dan jendelanya tertutup rapat, hanya pintu samping rumah, akses menuju dapur, yang terlihat sedikit terbuka.
Aku titik kecil dari gerombolan pengumpul pita suara yang tengah tercecer pada ketandusan dan peramu kata pembongkar kastil palsu tak berimbang yang dibingkai dengan nama tradisi
Rabu, 26 Januari 2011
Jumat, 21 Januari 2011
Pethakilan

Sekarang, aku telah kembali menetap di sini, di tempat kelahiranku, dan aku berniat bersaing dalam perebutan kepemimpinan desa, politik yang paling bersentuhan dengan akar rumput.
Senin, 03 Januari 2011
Tak Pernah Takut!
Aku tahu, aku tidak pernah bisa membuatmu diam tertahan
Dimanakah hatimu
tempat aku menitipkan rasa
Dimanakah tubuhmu
tempat aku menempelkan karya
Dimanakah....
Dimanakah hatimu
tempat aku menitipkan rasa
Dimanakah tubuhmu
tempat aku menempelkan karya
Dimanakah....
Mbangun Desa
"Menjadikan desa menjadi kota" demikian bunyi running text pada sebuah stasiun televisi daerah yang terbaca olehku beberapa waktu yang lalu. Entahlah, aku merasa tergelitik untuk mencari penjelasan kalimat diatas. Namun entah kepada siapa pertanyaan dan rasa penasaranku ini aku alamatkan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Perempuan Dalam Pasungan
Percikan air tujuh sumur yang bercampur d engan bunga tujuh rupa diguyurkan ke seluruh tubuhku. Dingin yang tiba-tiba menyengat kesadaranku...

-
Saat aku berkesempatan ke Aceh, keinginan terbesarku adalah Sabang. Sebenarnya tak banyak yang aku tahu tentang Sabang, saat itu hanya tug...
-
Selorejo. Tak jauh sebenarnya dari Blitar, tempat asalku, tetapi aku baru sempat dua kali saja kesana. Yang pertama, aku berangkat dari Bl...
-
Lama buku ini terselip dibawah buku-buku yang lain. Saat tak sengaja menemukannya kembali, aku langsung membaca ulang buku ini. Menarik. T...